Hallo, ini secoret kisah hidup saya. Biasanya sih, rata-rata, sebagian besar dan kebanyakan adalah nyata. Hebat anda bisa menemukan blog saya, karena saya ini orangnya tertutup dan tidak terlalu terkenal, tapi bisa menjadi menyenangkan kalau sudah kenal dekat. My life my blog my story. Welcome and happy reading!! Enjoy it!! ~(˘⌣˘~) (~˘⌣˘)~
Twitter : @vaneshamrd

Minggu, 25 Maret 2012

The Other Face

Sadar atau enggak, kadang kita semua didunia ini punya muka lebih dari satu, punya kepribadian lebih dari satu, atau kata lain yaitu munafik. Kadang apa yang kita katakan kepada orang lain itu, hanya untuk sekedar menegaskan bahwa kita baik baik saja, bahwa kita bisa tetap tersenyum dan tertawa seperti biasa. Jangankan munafik kepada orang lain, dengan diri sendiri aja kadang kita bisa munafik juga. Kita susah untuk menerima kenyataan, itulah mengapa kita terus berbohong dan berpura pura bahagia, walau sebenarnya jiwa kita yang asli nggak pernah sebahagia yang terlihat.
Oke kali ini aku mau ngepost beberapa situasi yang memungkinkan kita untuk kembali berpura pura untuk menutupi kelemahan diri sendiri. Membohongi diri sendiri. Munafik itu tumbuh dari diri kita sendiri, setelah itu kita akan munafik juga terhadap orang lain.

Jika dikehidupuan ini kita harus membuat permintaan, nggak bohong pasti kan kita bakal minta sebanyak banyaknya. Tapi logika kalian pasti mikir nggak mungkin semua itu bakal ada. Jadi kita buatlah permintaan yang sesederhana mungkin, tanpa kalian ketahui bahwa sebenarnya semua permintaan kalian bisa saja terwujud, hanya sedikit demi sedikit, walau tak terlihat tapi pasti terwujud.

Apa kalian nggak capek terus membohongi diri kalian sendiri? Seperti saat kalian sedih ataupun sedang rapuh, dan tak ada satupun teman atau keluarga kalian yang menyadari itu, maka kalian akan mengatakan kalian baik baik saja, tertawa senormal mungkin walau kalian kecewa dan kalian sadar bahwa ternyata nggak ada yang memperhatikan kalian. Tapi kalian tetap melihat kebaikan dari teman atau keluarga kalian, hingga itu yang membuat kalian tetap betah walau terkesan terpaksa berada disekitar orang yang terus mengecewakan kalian.

Memaafkan seseorang dengan beribu kesalahan yang sama dan terus diulangi hingga sekalipun kalian jenuh melayaninya, mereka tetap tidak sadar. Kalian terus memaafkan, memberi kesempatan, walau hati kalian brontak untuk melakukan itu lagi untuk kesekian kali. Bosan, jenuh. Dan kalian merasa sebenarnya itu tidaklah penting penting sekali. Tapi kalian tetap melakukan itu, memaafkan, menerima mereka kembali, bersama sama lagi, seakan tidak pernah ada sedikit pun kesalahan disitu. Hanya karna satu alasan. Hanya karna kalian nggak mau mereka pergi dari hidup mereka, kalian terus membohongi diri kalian sendiri, walau sebenarnya kalian nggak mau, tapi kalian harus melakukannya.

Disamping itu, masalah percintaan. Antara mengalah dan sakit hati itu beda tipis. Misalnya, kebanyakan dua orang yang sudah bersahabat, tiba tiba salah satu dari mereka jatuh cinta pada seorang cowok. Saat cowok itu dikenalkannya dengan sahabat baiknya, cowok itu malah suka dengan sahabatnya--bukan dia, dan parahnya sahabatnya itu malah juga suka sama cowok itu. Oke, ini sulit. Dia sudah tau semua ini sejak dia melihat tatapan lain dari cowok itu ke arah sahabatnya. Ia bertahan, ia tau ia takkan mungkin bisa memiliki cowok itu. Ia memilih pergi, menjauh dari hidup cowok itu dan membiarkan cowok itu menjalin pertemanan yang mungkin akan berlanjut menjadi sebuah hubungan pacaran. Ia cemburu, tetapi ia mengatakan bahwa ia baik baik saja, ia bahagia apabila mereka berdua bahagia--terkesan basi untuk diungkapkan apabila kalian masih berakting dengan kata kata barusan. Ia sudah mempersiapkan diri apabila mereka berdua akan jadian suatu hari nanti. Ketakutan kini menghampirinya, apakah nanti malah sahabatnya itu yang akan berbalik membencinya? Menjauhinya? Hanya karna sahabatnya itu tau bahwa ia--sampai kapanpun akan tetap mencintai cowok itu. Ia takut, maka ia terus mendekatkan diri kepada sahabatnya, terus merapatkan jarak diantara mereka. Walau terkadang sahabatnya pergi begitu saja ketika ia akan merangkulnya, menggandeng teman lain saat ia akan memegang tangannya, dan membuang muka saat ia memberikan senyum--mencoba menjadi tulus. Ia tetap tidak diterima. Ia merasa bodoh, harusnya sahabatnya itulah yang melakukan hal bodoh semacam ini, dan harusnya ialah yang mencoba jual mahal seperti itu. Harusnya sahabatnya itu sadar, siapa yang duluan. Harusnya ia menyesal telah mempertemukan mereka berdua. Harusnya..harusnya...harusnya.. Ya seharusnya ia tidak perlu repot repot seperti ini.. Toh bila akhirnya mereka harus bermusuhan juga, ya sudah tinggal bermusuhan saja. Tetapi dia tidaklah sehina itu. Ia tidak ingin persahabatannya hancur hanya karna seorang cowok yang jelas jelas tidak mungkin memilih dirinya. Ia berbohong bahwa ia mengatakan itu. Sejujurnya ia ingin memiliki cowok itu tanpa harus mengenal sahabatnya lagi. Tapi apa? Ini kenyataan, ia harus menjalaninya. Lagi lagi ia berbohong, berpura pura. Hanya karna satu tujuan, ia menginginkan semua hal ini seharusnya tidak usah terjadi. Ia terus berusaha, mengumpulkan kepingan kepingan yang terbawa angin itu, agar tidak pergi dari hidupnya, walaupun kepingan itu tajam dan hanya akan melukai tangannya jika ia memegangnya--sama seperti hatinya..

Egois untuk mempertahankan kadang lebih besar dari egosi untuk mendapatkan. Ia hanya ingin orang yang mencintainya, tetap mencintainya sampai kapanpun, walau ia tau ia takkan pernah bisa mencintai orang itu, karna satu alasan--sahabatnya. Setiap masalah percintaannnya hanya dikendalakan oleh satu masalah--yaitu sahabatnya. Berbeda dengan sahabatnya yang setelah mengambil lalu-malah meninggalkan, tapi ia tidak. Ia berusaha merangkul, menguatkan dan berada disamping sahabat yang mungkin telah ia sakiti tanpa pernah diketahuinya. Ia tidak munafik. Ia telah merasakan segala posisi. Takut kehilangan dan ingin memiliki, dilukai dan melukai, mencintai dan dicintai. Ia sudah merasakannya. Nyatanya untuk apalagi ia berbohong? Satu alasan ia tetap berbohong, hanya untuk menjaga perasaan sahabatnya. Jika merelakan pria yang disukai sahabatnya itu adalah hal yang terbaik, maka ia rela untuk tak lagi dicintai.

Cobak deh liat disekeliling kalian, indah bukan? Sesempit apapun dunia yang kalian buat, buktinya dunia yang dibuat Tuhan jauh lebih luas. Hanya kalian saja yang terus membuat dunia terkecil dan tergelap dihidup kalian, menutup mata kalian, dan berharap mati secepatnya dengan alasan--letih hidup. Apa kalian yakin dengan perginya kalian maka masalah akan selesai begitu aja? Coba sekali kali jadi orang yang bertanggungjawab, selesaikan semua masalah yang kalian buat. Nggak ada hal yang lebih indah dari kehidupan. Pelajarilah semua yang terjadi kemaren, hadapilah yang terjadi hari ini, dan bermimpilah untuk hari esok. Karna jika bukan dikehidupan kalian nggak akan pernah bisa belajar mengenang masa lalu, menjalani masa kini, dan bermimpi untuk masa depan.


Oke, mungkin siapapun yang baca poatingan kali ini nggak bakal ngerti sama jalan penulisannya. Namun yang harus kalian ketahui adalah, ini nyata cerita aku--abstrak. Cerita hidup seorang aku yang hobinya berbohong dan berpura pura. Berbohong dengan mengatakan bahwa ia bahagia, bertindak layaknya setiap hari tanpa masalah, dan berpura pura bahwa setiap tindakan yang ia lakukan adalah tanpa penyesalan. Ya aku yang sok tegar walau sebenarnya udah lemah selemah lemahnya. Aku yang masih mencoba berdiri walau udah jatuh sebelum sempat berdiri sempurna. Aku yang terlihat seperti seseorang yang menakutkan tetapi yang harus kalian tau aku adalah seseorang yang lemah, bisa digambarkan lebih lemah dari kalian--yang hidupnya normal. Aku lelah, tapi aku ingin tetap melanjutkan hidup. Berhenti begitu saja sama dengan seperti tidak pernah hidup. Aku hanya ingin menyelesaikan semua ini, setelahnya jika aku akan dipanggil maka aku siap. Siap melihat orang orang yang akan menangisi aku satu hari atau bahkan beberapa jam saja setelah itu langsung terbiasa hidup tanpa aku, membicarakan keburukan aku setiap hari, dan menjalani hari hari seolah olah memang tidak ada yang hilang dari hidup mereka. Aku tau, aku tidaklah begitu penting untuk dihadirkan disini, aku merasa aku hanya membuat susah siapapun yang aku temui dihidup ini. Aku ingin berubah, aku sudah berubah tapi tetap tak diterima, aku lelah berpura pura Tuhan, aku capek. Izinkan aku untuk mengatakan bahwa aku tetap bersyukur kepada-Mu, walaupun aku tau mungkin orang orang yang aku temui mengeluh pernah mengenal dan bertemu denganku.

"Stop being someone else and stop pretend"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar