"Aku gak tau ini salah atau enggak, tapi selama itu bersama kamu, aku yakin ini semua salah, apalagi yang namanya cinta"
Nico memandang langit langit kamarnya sambil mendengarkan lagu favoritnya Like We Used To - A Rocket To The Moon
Akhir akhir ini lagu itu yang menjadi lagu favorit di playlist hpnya. Dia nggak tau apa yang salah dalam dirinya, tapi sejak cewek itu datang ke kehidupannya, sejak mereka dekat, sejak mereka--secara tidak tertulis--bersahabat, dia merasa ada yang aneh. Vina. Dia selalu ngerasa ada yang aneh diantara mereka. Cewek tomboy yang terlambat dia kenal daripada teman dia yang lain tapi menjadi yang paling akrab sama dia--diluar teman cowoknya.
"Vin.."
"Vin.."
Vina nggak memperdulikan panggilan itu
"Vina!"
"Apaansih bentak bentak? Kasar banget?"
"Iya kausih nggak dengerin aku"
"Apaan?"
"Yang ini ni ginikan? Blablabla"
"Ya"
Selalu kayak gitu, itu yang bikin Nico bingung. Banyak yang bilang kalau Vina itu suka sama dia, tapi tingkah Vina yang bikin Nico yakin kalau semua itu hoax. But sometimes mereka bisa jadi yang paling sosweet. Kayak suatu hari waktu lagi pelajaran toefl.
"Vin, aku ngerasa jelek banget belakangan ini"
"Ya kau emg paling jelek"
"Enggak serius ni, jerawat aku makin banyak aja. Gimana dong?"
"Ya pakai sabun cuci muka dong, bego amat"
"Gak bisaaaaa, semua udah aku coba"
"Coba pakai *tiiit* atau gak ke dokter aja, kemarin kakak aku sih kesana"
"Dimana? Berapa? Dokter apa?"
"Gak tau sih dimana, kalau gak salah nggak nyampai 200an sih, coba aja, ntar aku tanya deh ke mama aku"
"Eh cepatlah kasih tau"
"Kau gak tau ya kalau aku gak tau? Ntar aku tanya"
"Cepatlaaaah!"
"Aku nggak tau!"
Selama perbincangan nggak bermutu itu, mereka nggak sadar kalau cuman mereka yang teriak teriak dikelas tu dan guru mereka pun marah sama mereka. Hal biasa. Perkelahian kecil itu sudah biasa terjadi. Setiap hari. Namun itulah yang membuat Nico menjadi betah berada didekat Vina. Namun tingkah Vina yang datar serta kadang Nico menganggap marah Vina adalah kebencian, serta kedekatan Vina dengan salah satu teman mereka, Harry. Itu juga bikin Nico so confused when they're together. Secarakan, Harry pintar jadi Vina sering minta ajarin gitu sama Harry.
"Ini cinta atau apa ya? Tapi nggak bohong Nico emang manis sekaligus nyebelin tapi ngangenin. Nggak bisa kalau dia nggak ada kayak ada yang kurang. Tapi, diakan.."
Malam itu Vina memikirkan hal hal aneh. Dia sering dicieciein sama Nico dan dia nyoba buat stay cool, karna takut kegeeran, soalnya Nico selalu flat face kalau digituin sama dia. Tapi Vina juga bingung, teman temannya banyak yang bilang Harry juga suka sama dia. Emang iya sih. Harry paling sabar. Harry treat her better than Nico does. Tapi jujur, Vina nggak ngerasa apapun kalau didekat Harry. Dia nggak pernah ngerasa kesepian kalau nggak ada Harry. Tapi beda banget kalau sama Nico. Dia selalu kangen kalau sehari aja nggak berantem.
"Aku sayang sama kamu Vina..."
"Tapi aku nggak tau gimana cara bilanginnya.."
"Aku takut kita jauhan.."
"Dan yang paling aku takutin..
Kamu malah sayangnya sama Harry"
Nicopun ternyata dilanda bimbang yang sama. Jujur, dia sayang banget sama teman dia yang satu itu. Tapi dia nggak mau pacaran, dia takut semuanya akan berubah kalau mereka jadian. Tapi dia bisa nangkap sinyal kalau Vina juga sayang sama dia. Soalnya kalau dia dekat sama teman cewek Vina pasti Vina langsung nge-cb gitu. Dan itulah wajah yang paling bikin Nico puas. Tapi...Harry nggak kalah bikin dia cemburu. Oke bagi Vina, Harry itu emang perfect, udah pintar, sabar lagi. Vina nggak tau aja kalau mereka belajar bareng, Nico kan sering nimbrung tu, ya buat jaga jaga aja. Walaupun Nico cemburu, tapi dia gak mau ngeliatin. Dia berusaha nyimpannya rapat rapat.
"Apalagikan, Vina udah jelas sayang sama aku. Hmm, coba deh ya si Nico tu nggak sinisin aku kalau lagi ngajarin Vina, pasti udah berani deh nembaknya dari dulu. Coba deh besok. Semuanya udah perfect. Tinggal nembak aja"
Malam itu Harry mikirin cara buat nembak Vina. Dia rencana bakal ngelakuinnya besok. Karna dia yakin Vina juga suka sama dia. Cuman Nico aja tuh yang over protective sama Vina.
Malam itu Vina dan Nico sama sama ngebayangin hal hal bodoh yang udah mereka lakuin selama ini. Mulai dari kena hukum bareng bareng waktu main games, waktu mereka jalan bareng, waktu Nico ngejelek jelekin Vina dan sukses bikin Vina ngambek, waktu Nico nyanyiin Vina pakai gitar, waktu mereka marah besar besaran, waktu mereka diem dieman, semua itu mereka bayangin di fikiran mereka masing masing, dan mereka tertawa.
Keesokan paginya, Harry pun berniat buat ngejalanin rencananya. Dia rasa Vina bakalan nerima dia. Jadi waktu itu guru mereka nggak dateng, jadi mereka nonton film bareng gitu di laptop. Nah, biasanya nih rame ramekan. Tapi gak tau tuh kenapa, si Vina ditinggalin sama yang lain, nggak ada yg mood buat nemenin dia nonton, akhirnya dia nonton sendirian. Terus dateng deh si Harry
*pause film*
"Apaansih resek" Vina ngebentak Harry
"Heh coba liat aku"
"Gak"
"C'mon Vina, aku mau nih nemenin kamu nonton"
"Gak"
"Vin.."*pausein film*
"Mau kau apasih?"
"Aku sayang sama kamu, would you be mine, Vina?" Sambil megang tangan Vina
Vina cuman terdiam, matanya menelusuri sudut kelas, nyari Nico. Dan sontak sekelas pada tenang.
"Kalau kamu sayang dan nerima aku, kamu ambil coklat ini, kalau kamu nolak aku, tinggalin aku disini sendirian."
Satu kelas pada neriakin buat terima, termasuk Nico. Seketika Vina langsung hopeless, dan dia tau kalau Nico udah pasti gak sayang sama dia. Dan dia pun ngambil coklat yang disodorin Harry.
"Yes I would be yours" sambil senyum Vina mengambilnya. Harry pun senang dan langsung meluk dia. Vina kaget. Selama ini dia belum pernah dipeluk cowok. Nico yang ngeliat itu langsung keluar kelas.
"Cieee selamat ya Vin, akhirnya.." Ucapan itu nggak berhenti Vina dengar, dari teman temannya. Kecuali Nico, sejak daritadi dia nggak ngeliat Nico. Terakhir kali waktu dia ikut ikutan nyorakin Vina buat nerima Harry.
Hari hari Vina dia habisin berdua Harry. Mereka keliatan cocok banget dimata teman teman mereka. Tapi ada satu yang bikin Vina kehilangan. Niconya tak lagi sama. Nico nggak pernah bikin dia ngambek lagi. Nico nggak pernah minta bantuan dia lagi. Sampai suatu hari..
"Nic"
"Nic"
Vina yang gak pernah manggil Nico duluan, hari itupun dia manggil Nico sanking udah gak tahan lagi dengan sikapnya.
"Nico!!! Aku ngomong!"
"Apa?"
"Huh jutek"
Vina sok sokan ngambek tapi nggak dibujuk Nico. Lalu Harry dateng ngampirin dia
"Kamu kenapa sih?"
"Itu tuh, si Nico, jahat banget gak mau respon aku"
Harry ngeliat ke belakang sebentar, terus bilang
"Udahlah, paling dia sok ngambek. Ntar kalau butuh balik lagi. Yuk kita pergi"
Sebenernya Nico panas ngeliat mereka kayak gitu, tapi sekali bikin janji harus konsekuen nepatinnya.
Malamnya Nico kembali ngedengerin lagu yang udah lama gak didengernya selama ini, Like We Used To. Terus dia ngambil gitarnya dan nyanyiin liriknya
Does he watch your favorite movies?
Does he hold you when you cry?
Does he let you tell him all your favorite parts?
When you've seen it a million times
Does he sing to all your music
While you dance to "Purple Rain"?
Does he do all these things
Like I used to?
Dia mulai terfikir, kenapa dia bikin janji yang jelas jelas nggak bisa dia pegang konsekuensinya buat waktu yang lama? Oke, Nico mulai nyesel. Dia mulai memutar kenangannya sama Vina lagi. Dimana mereka pernah main hujan bareng dan waktu itu Nico nyanyiin satu lagu buat Vina. Dan semua itu pun dibawa tidur oleh Nico.
Vina nggak tahan sama ulah yang udah dibuat sama sahabatnya itu. Dia ngerasa sejak dia jadian sama Harry, Nico semakin jauh. Nggak pernah treat her worse than Harry, walaupun jelek tapi Vina kangen Nico. Dia harus nemuin Nico dan bicarain semuanya. Vina sadar, ternyata Harry bukanlah yang disayang. Selama ini Vina cuman dekat sama Harry sebatas teman tanpat adanya rasa lebih. Vina mau mutusin, tapi nggak tega. Vina bingung harus gimana. Tapi hatinya brontak pengen dan harus ketemu Nico.
Keesokan paginya, masuk bbm dari Nico. Padahal selama mereka temenan, mereka gak pernah chat. Karna ngerasa ketemu lebih enak daripada chat. Isinya "ntar kita ketemuan di taman dekat rumah kau, jangan bawa Harry. Ini penting"
Vina pun bingung, dan dia cuman ngeread bbm itu. Selama dikelas Nico ngindarin dia. Dan saat pulang yang paling ditunggunya. Dia berlari ke taman yang dimaksud Nico. Disana dia ngeliat ada motor Nico yang udah terparkir.
"Nic! Nicooooo!! Kau dimana???"
Dia teriak teriak, terus kedengeran suara Nico teriak
"Aku disini Viiiin"
Vina pun langsung nyari sumber suara itu, begitu ketemua dia langsung lari ke arah Nico dan meluk sahabatnya itu sekuat mungkin. Ya, Vina kangen. Nico langsung kaget dan meluk balek sahabatnya itu.
"Kau kenapa sih? Sejak aku jadian sama Harry kok berubah?"
"Ada yang perlu aku bilang"
Merekapun nyari tempat duduk ditaman itu, dan Nico pun mulai mengutarakan perasaannya
"Vin..aku gak tau ini keputusan yang salah atau bener, tapi aku rasa ini yg terbaik. Aku sayang sama kamu vin, lebih dari sahabat. Oke aku akuin aku kejebak friendzone sama kamu. Dan Harry tau ini semua. Sebelum dia nembak kamu dia suruh aku jujur, dan aku bilang semuanya. Aku bolehin kamu sama dia. Aku bolehin dia nembak kamu, karna aku yakin kamu juga gak suka sama aku. Jadi aku relain kamu bahagia dan aku janji sama dia gak deket deket sama kamu lagi. Tapi aku gak bisa, aku kangen sama kamu. Aku akuin aku banci, udah ngelanggar kesepakatan kami. Tapi ini perasaan, gak bisa aku bohongin. Aku sayang sama kamu. Setiap malam moment indah kita selalu berulang Vin.. Aku harap kamu nggak marah"
Vina kembali memeluk sahabatnya itu. Dia nangis, nggak nyangka sahabtnya ternyata sayang sama dia.
"Nic, aku sebenernya juga sayang sama kamu. Sayaaaaang bangeeeetttt malah. Aku nerima Harry karna ngeliat kamu ngedukung waktu itu. Aku takut nyesel nolak dia, aku takut kamu gak suka sama aku. Tapi, ternyata hambar rasanya. Aku gak ngerasain cinta sama sekali ke Harry. Aku ngerasa flat banget. Apalagi kamu ngejauh. Aku kayak gak ada semangat hidup sejak sama dia"
"Aku takut kalau jadian sama kamu, ntar kita gak bisa sedekat ini" Nico mulai jujur
"Aku takut nyakitin kamu dan kita ngejauh. Makanya aku relain kamu sama Harry"
Vina pun terus menangis dipelukan sahabat yang ia sayangi itu.
"Nico!" Tiba tiba terdengar suara Harry
"Lo udah ngingkarin janji kita ya! Asal lo tau Vina itu masih punya gue"
"Harry plis jangan marah sama Nico. Marah aja sama aku. Aku yang salah. Aku udah nerima kamu tapi aku gak sayang sama kamu dan aku gak bisa jujur"
"Kamu kok tega sama aku?"
"Aku gak mau nyakitin kamu.."
"Tapi perbuatan kamu ini udah nyakitin aku"
"Aku minta maaf, aku mau kita udahan. Plis ry, aku gak bisa lagi. Maaf"
Harry pun memeluk Vina
"Yaudah kalau itu mau kamu. Aku juga udah tau kalau kamu gak sayang sama aku. Go on, let's get your love with Nico. Aku ngedukung"
"Lo gak dendam sama guekan bre?" Kata Nico
"Nggak ah, kita kan sobat" kata Harry
"Cepet noh, lo tembak Vina"
"Nggak ah Nic. Aku gak mau jadian sama kamu. Kita sahabatan aja ya, aku gak mau jauhan" kata Vina
"Yang mau nembak kamu siapa juga? Wek" kata Nico
"Ih resek!"
Vinapun mengejar Nico dan Harry yang ngeliat kekonyolan mereka cuman bisa ketawa senang. Kini dia sadar, apa yang dipaksain itu emang gak baik. Dia harus belajar untuk nggak egois, untuk nggak maksain perasaan. Segala yang dilandasi keterpaksaan itu akhirnya bakal nyakitin. Dan dia belajar buat ikhlas dan ngerelain bidadarinya sama orang yang dia sayang.
Tiba tiba hujan mengguyur mereka bertiga, dan saat itu Nico mengambil gitarnya dan memainkan lagu Lucky - Jason Mraz ft Colbie Caillat. Mereka bertiga pun nyari bareng.
Vina pun sadar, ternyata perasaan bukanlah mainan yang bisa disukain dalam waktu sekejap. Ngerasa nyaman sama seseorang itu nggak mudah. Apalagi kalau yang bikin nyaman itu udah ada didekat kita, ngapain nyari yang lain? Walaupun yang bikin dia nyaman itu jahat, nyebelin dan kasar, tapi nyatanya itulah yang dia kangenin dan dia butuhin.
Nico tau, semua ini emang terjadi pada waktu yang tepat. Kalau sejak dulu dia bilang ke Vina kalau dia sayang Vina, mungkin mereka bakal jauhan, dan kalaupun telat dari hari ini, mungkin Vina udah terlanjur sayang sama Harry. Semua itu emang bakalan indah kalau waktunya udah tepat. Rencana Allah emang selalu indah.
Malamnya Vina dapat bbm dari Nico, yang isinya
"Dear my lovely bestfriend, Vina. Sorry ya aku bukan nggak mau jadian sama kamu. Aku terlalu sayang sama kamu. Aku nggak mau nyakitin kamu, aku nggak mau kita jauhan, aku gak mau bikin kamu sedih gara gara aku. Dan itu gak bakal terjadi kalau kita jadian. Jadi kita sahabatan aja gimana? Dengan sahabatan aja semuanya udah indah. Kalau lebih mungkin nggak baik Vin. Kan kamu sendiri yang bilang kalau sesuatu yang berlebihan itu nggak baik. Jadi kita sahabatan aja ya, sayang? Aku sayang sama kamu lebih dari apapun. Kamu terlalu bahagia untuk aku sakitin hatinya. Love you my best!"
Vina hanya ngeread bbm tersebut sambil senyum senyum sendiri. Dia terlalu confused dengan semua ini. Rupanya yang dia fikirin sama kayak yang difikiran Nico. "Sahabat emang punya telepati yang kuat, dia bakal tau sebelum kita bilang. Dia bakal bilang sebelum kita sempat ngebilanginnya.." Vina tersenyum membayangkan peristiwa Lucky Rain nya tadi sore, bersama orang yang menyayanginya, Nico dan Harry..
"Nggak ada yang bisa ngalahin sayangnya dua orang sahabat yang saling jatuh cinta. Nggak ada cerita indah tanpa kejujuran. Dan nggak bakalan ada happy ending kalau nggak take golden chance"
Lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again
Lucky we're in love in every way
Lucky to have stayed where we have stayed
Lucky to be coming home someday
Tidak ada komentar:
Posting Komentar