Kenapa harus ada matahari kalau aku ingin hujan terus?
Kenapa harus ada petir kalau aku mau hujan tanpa petir?
Kenapa harus ada masalah kalau aku mau hidup tenang?
Kenapa harus ada tangisan kalau aku masih mau tertawa?
Kenapa harus ada yang munafik kalau aku mau yang baik?
Kenapa harus ada pengkhianat kalau aku mau yang nggak jahat?
Aku benci situasi kayak gini. Situasi yang memojokkan aku. Ibaratnya tu kayak aku lagi didalam suatu ruangan, awalnya sih terang, ramai sama teman-teman aku, terus kami ketawa sama-sama. Terus, disaat aku lagi senang-senang gitu, mereka menjauh dari aku. Aku terlena dengan situasi yang membahagiakan sebelumnya, sampai nggak sadar kalau mereka menghilang dibalik tawaku. Mereka mundur mendekati pintu. Berpegangan tangan, salah satu dari mereka mau menekan tombol lampu. Mereka siap mengambil langkah untuk kabur meninggalkanku. Aku mau maju, ikut mereka. Tapi tiba-tiba datang orang lain yang tadinya tidak ada diantara kami. Orang itu menghalangiku dengan menondongkan pisau. Aku takut. Aku mau berteriak tapi suaraku tercekik. Aku bingung. Dengan mudahnya mereka mematikan lampu, lalu berbalik ke luar ruangan dengan orang aneh tadi, mengunci pintu ruangan itu dan meninggalkanku sendiri disana. Terdengar suara kaki mereka menuruni tangga dengan tawa kecil. Tak lama sesudah itu terdengar tepukan antara dua tangan diantara mereka diiringi teriakan "yes" dari masing masing mulut.
Tiba-tiba hujan yang aku sukai turun, mengenai mukaku lewat jendela yang tadi terbuka. Aku tersenyum menikmati percikan air yang menenangkanku. Tapi, "duaaarrr" suara petir memekakkan telingaku. Membuatku berlari ke suduut ruangan itu. Jendela yang tadi merupakan alasan aku tersenyum, kini membuka dan menutup dengan kencangnya. Aku ketakutan. Aku baru sadar kalau ruangan ini gelap. Aku tak tau dimana tombol untuk menghidupkan lampu. Teman-temanku tadi memang iseng ya, aku tertawa kecil mengingat kejadian tadi. Tiba-tiba petir tadi terdengar lagi, kali ini disertai dengan cahaya menyilaukan dan tajam. Aku hanya berdoa dalam hati kepada Allah. Aku tak tau bagaimana cara agar aku bsia keluar dari ruangan ini. Jendela tadi membanting keras, lalu tertutup dan tak membuka lagi. Aku tertunduk tak terasa ada yang membasahi pipiku. Oke, ini bukan air hujan tadi. Entah mengapa, tiba-tiba aku merasa ada yang sakit.
Aku merasa lelah, lalu aku tertidur. Di tidurku aku bisa melihat teman-temanku yang tadi meninggalkanku. Kami habiskan waktu kami untuk berfoto-foto sambil bercerita dan tertawa. Ketika aku berbalik untuk melihatkan hasil foto tadi kepada mereka, mereka telah pergi dengan seseorang yang tidak ada diantara kami tadi. Mereka mematikan lampu dan mengunciku sendirian. Awalnya aku kira ini baik-baik saja, tapi tidak, hatiku menolak dan itu membuatku bisa berada dialam mimpi ini.
Aku bangun, ruangan tempatku berada memang masih gelap. Aku yakin ini sudah pagi, aku merangkak menuju jendela. Kaki-kakiku rasanya sudah tidak sanggup lagi buat menopang tubuhku ini. Ternyata salah, diluar masih gelap. Aku heran, rasanya sudah begitu lama aku tertidur, tapi kenapa ini masih begitu gelap. Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan satupun semuanya hilang. Aku ketakutan. Lalu aku mendengar tawa teman-temanku. Sepertinya saat ini ada suara laki-laki. Tapi siapa laki-laki itu? Sepertinya ada dua orang laki-laki diluar sana.
"krek..krek.." tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Aku melihat teman-temanku dengan orang asing kemaren dan ternyata memang benar, ada dua orang laki-laki disana. Aku mau menyapa mereka, tetapi entah kenapa aku malu melihat keadaanku yang menyedihkan ini. Mereka melihat keberadaanku disudut ruangan ini, tapi tidak satupun yang berusaha menyapaku. Mereka hanya mengambil kamera dan pergi lagi diiringi tawa mereka. Entah apa yang mereka tertawakan, entahlah mungkin aku. Kali ini mereka tidak mengunci pintu. Aku ingin keluar tapi tak bisa. Aku merasa aku terlalu lemah.
Aku menanti mereka, menunggu terus, mana tau ada keajaiban yang membuat mereka kembali lagi. Jika mereka kembali aku ingin menyapa mereka. Tapi, hingga malam menjelang dan suasana gelap kembali mendekapku, mereka tak kunjung datang. Namun, aku bisa mengdengar tawa mereka semua. Sepertinya berasal dari taman didekat rumah ini. Aku ingin ke sana, tapi, ku katakan sekali lagi, aku terlalu lemah dan aku tak sanggup.
Aku tertidur lagi dengan keadaan menyedihkan ini dan berharap mereka akan kembali lagi padaku. Tertawa lagi bersamaku, bukan dengan yang lain..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar