Aku mengenal dia hanya sesaat, bukan mengenal, tapi mengetahui bahwa dia ada. Awal jumpa tidak terduga, aku tidak menyukainya. Rasa itu ada, hanya untuk hiburan semata. Untuk melepas dan merelakan seseorang yang disana. Rasanya lucu saat itu, aku tak menyukainya tapi aku harus menyukainya. Tidak, aku nggak mau perasaan yang dipaksakan. Apakah bila tak berbalas aku harus mencari yang lain lagi?
Pertemuan berikutnya, dia melihatku lurus, dekat, dan dalam. Menatap mataku karna sugesti dari temanku. Aku belum merasa itu cinta. Aku masih merasa....itu hanya hal biasa. Dia terpaksa karna dipaksa, hal yang sama denganku. Aku menolak kehadirannya saat itu sesopan mungkin, sehalus mungkin, dan selembut mungkin. Aku hanya ingin berteman dengannya karna dia berbeda. Dan aku masih hanya ingin berteman dengannya, untuk merelakan sesuatu yang seharusnya bukan untukku, lebih tepatnya belum dan memang seharusnya bukan untukku.
Dia berhenti didepanku, melihat ku kebawah. Tersenyum, menatapku dalam dia. Dia berbicara dengan temanku. Ditanya lalu menjawab. Dia menyelipkan sebuah lelucon gayus diantara percakapannya dengan temanku. Aku cemburu, bukan, tidak seharusnya aku cemburu. Teman-temanku melakukannya juga untukku. Tapi entah mengapa, aku takut. Aku takut kehilangan lagi. Sekalipun aku tak menyukainya, tapi aku cemburu saat temanku memanggilnya dengan panggilan lain. Entah perasaan yang berubah atau emang sifatku pencemburu? Ataaaau....aku hanya ingin dia melihatku, bukan yang lain apalagi temanku sendiri, terkesan...egois.
Dia lewat didepan ku, tanpa sadar aku menghalangi jalannya. Dia berhenti, sehingga aku harus memberinya jalan. Aku senang, tapi aku masih harus menjaga. Tidak, tidak seharusnya aku menyukainya terlebih dulu. Aku terlalu sering memulai dan berakhir tanpa aku akhiri. Aku....belum siap merasakan hal yang sama. Tapi aku harus, karna lebih baik dengannya, daripada dengan orang itu. Karna jika dengan orang itu akan ada yang terlukai.
Aku dengan dia berpapasan. Dia menatap ke bawah, entah malu atau memang cara jalannya yang begitu. Aku celingukan melihat sekeliling, berharap mata kami tak bertemu, tapi aku berharap dia melihatku, menyadari keberadaan ku. Tapi tidak, kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku berharap dia yang memulai.
Bertemu dengannya dijalan sempit, membuatku harus menghindar sedikit. Kami saling membelakangi, lengan kami bertemu, sebentar dengan sebuah sentuhan. Terasa semu, sementara, atau bahkan hanya khayalan. Semakin lama aku semakin berharap lebih, aku tidak berani mulai duluan. Aku ingin dia..dia yang memulai, sama seperti orang itu. Karna, jika dia yang memulai, aku tidak perlu cemas untuk mencintainya dengan terluka lagi.
Aku melihatnya dengan teman-teman ceweknya. Begitu akrab, duduknya tanpa jarak. Aku cemburu, lagi-lagi. Aku rasa aku belum mencintainya dengan sempurna, tapi entah mengapa perasaan cemburu ini begitu nyata dan terasa sempurna. Rasanya, aku sangat tidak rela melihatnya dengan teman-teman ceweknya itu. Aku menggandeng teman cowokku. Berharap dia melihatnya. Bukan, bukan itu. Aku hanya ingin dekat dengannya seperti teman-teman ceweknya. Dan aku berharap, yang aku gandeng ini dan yang duduk didekat aku saat ini, suatu saat bisa dia yang mengisinya.
Coba saja dia bisa menjadi orang itu. Seperti orang itu. Memberikan sebuah harapan, bukan harapan. Hanya perumpamaan bahwa suatu saat akan mencintaiku. Akan menjadi seseorang yang disampingku. Memperoleh predikat "pacar"ku. Walaupun hanya sebuah perumpamaan, tapi orang itu berhasil membuatku berharap dan yakin sampai saat ini bahwa perumpamaannya yang waktu itu nyata dan masih berlaku sampai saat ini. Walaupun logikaku menolak perkataan hatiku tadi. Karna disini, yaitu dihati dan pikiranku, perasaan orang itu bukan perasaan yang harus aku pedulikan. Karna jika aku terus mengharapkan orang itu, maka akan ada hati yang terluka.
Maka aku mengharapkan dia untuk menggantikan orang itu. Walau terkesan egois dan mengada-ngada, tapi setidaknya lebih baik daripada aku mencintai orang itu. Sekali lagi, aku ingin dia yang memulai. Jika takkan terwujud, setidaknya aku hanya ingin berteman dengannya. Orang yang berbeda dari yang orang-orang yang lain, dan akupun melihatnya juga dari sudut pandang yang berbeda. Karna menjadi berbeda itu....istimewa:))
Hallo, ini secoret kisah hidup saya. Biasanya sih, rata-rata, sebagian besar dan kebanyakan adalah nyata. Hebat anda bisa menemukan blog saya, karena saya ini orangnya tertutup dan tidak terlalu terkenal, tapi bisa menjadi menyenangkan kalau sudah kenal dekat. My life my blog my story. Welcome and happy reading!! Enjoy it!! ~(˘⌣˘~) (~˘⌣˘)~
Twitter : @vaneshamrd
Rabu, 18 April 2012
April!!♥
Dibulan ini, dibulan yang kebanyakan orang-orang ulangtahun, aku nggak nyangka bisa mewujudkan sesuatu yang selama ini aku kira mustahil buat jadi kenyataan. Sesuatu yang selama ini cuman ada di khayalanku, dan aku rasa aku nggak akan pernah bisa mewujudkannya karna gak punya keberanian lebih. Tapi dibulan ini nggak, dibulan ini beda. Bedaaaaaaaa bangeeeet sama 3 bulan sebelumnya!!! Oke, selow deh.
Wednesday, 11th April 2012. Its a best moment ever. I don't know why I can do it. But, my friends say, I not dreaming:"))
Awal kejadian, sebenarnya ini masalah sepele. Aku dan dia-ferman, bukan musuh tapi belum jadi teman. Dia tu emang cowok dengan mulut pedas dan nggak punya hati. Agak kesal sih kalau dengar dia ngomong dengan ceplas ceplos gitu. Gak punya perasaan kalau udah ngejek orang.
Flashback ntar, dulu aku emang pernah berantem sama dia, tapi dalam "perang dingin", bukan perang fisik dan besar-besaran . Aku nggak tau kenapa ini bisa terjadi gitu aja. Rabu kemaren aku emang merasa berapi-api gitu. Ntah kenapa, emosi aku waktu itu emang lagi berlebihan banget. Awalnya emang udah dapat tanda-tanda bakal nerkam orang. Jujur ini belum pernah aku rasain dan aku lakuin sebelumnya.
Awalnya, emosi aku emang udah kepancing gara-gara imam ngejekin nama aku. Dia nyorak-nyorakin nama aku yang salah diucapin sama pelatih dance aku sehari sebelumnya. Aku paling benci kalau nama aku diubah-ubah. Oke, its time I feel, and that's true!! Emosi aku sukses terpancing sama imam, aku nerkam dia, dan rasanya semua tenaga aku udah terkuras buat marah sama dia, suara aku udah habis karna marahin dia, dan rasanya badan aku udah rontok karna emosi sekaligus capek. Oke, aku nggak mau musuhan sama dia. Karna dia satu kelompok dance sama aku. Kira-kira 10 menit siap aku marahin dia, suasana udah agak mencair, emosi udah bisa dikontrol, dan akhirnya pun aku minta maaf sama dia. Nyesal sih enggak, malah ngerasa lega banget. Dia bilang sih dia takut ngeliat aku marah, tapi selama aku marahin dia tadi, yang aku liat dia malah ketawa-ketawa.
Oke lupain imam, itu cuman sepenggal awal kebahagiaan di rabu itu. Aku kira aku bakalan capek, tapi ternyata nggak. Waktu dance, walaupun aku nggak merasa capek, tapi seharusnya aku capek karna udah marah marah tadi, malahan aku yang geraknya paling semangat. Exactly, I don't know why. Aku terharu, rupanya tenaga aku masih ada sisanya.
Setelah seni budaya 2 jam, seharusnya sih fisika 2 jam. Tapi berhubung pak dedi lagi jaga kopsis, jadi...cuman disuruh meringkas, muahahahhaha=)))).
Awalnya, anak-anak cowok dikelas ni main yang kayak di iklan xl tu, minta-mintak maaf pakai bunga yang diatas meja guru ke cewek-cewek dikelas. Jevin dan yang lain-lain ngira aku ngarap apa ya. Padahal biasa aja tuh, malah aku ketawa ngeliatnya. Tapi tiba-tiba mereka (termasuk ferman) malah ngehadang aku bukan pakai bunga, tapi malah pakai perkakas-perkakas berisik. Kan gak luculah yaaaaa. Sekali aku sabar, tapi sumpah aku udah muak kali. Yang kedua, aku masih sabar, walaupun aku sempat marah sambil mukul meja sampai tangan aku tergores. Yang ketiga, kali ini sih mereka-mereka itu pada ngasi bunga, dan pas kali waktu tu ferman jaraknya dekat dari aku. Sebenarnya yang ngelakuin gak cuman ferman. Tapi aku ya paling kesal ya sama ferman. Pas pula waktu itu dibelakang aku lagi ada putri sama fadyah. Putri ngasi semangat buat aku ngelimpahin kekesalan aku dan jangan nangis. Emang sih waktu itu aku udah hampir nangis. Karna malu dan emosi. Putri tiba-tiba narek bunga yang dipegang ferman, jadi ferman ni agak terlambat pergi begitu aku udah hampir ngamuk. Oke, aku udah hampir gak bisa ngontrol diri lagi. Dan setibanya ferman ditempat duduk, aku langsung ke tempat dia dan mukulin dia sepuas hati aku. Dia nggak balas, cuman nangkis pukulan aku sama satu lengan dia. Ekspresinya bukan ekspresi takut, tapi malah ketawa, setaaaan-_____-. Aku yang udah emosi, tambah emosi ngeliat dia ketawa. Awalnya teman-teman aku semua pada nyorakin 'cieee cieee', tapi setelah mereka aku suruh diam, maka keadaan hening dengan sedikit bisikan disana-sini.
Aku terus mukulin dia, ngeluarin semua perasaan kesal aku ke dia selama ini, kesal karna dia sering ngejekin aku dan selalu bikin aku marah. Kemarahan yang selama ini aku pendam, pendam, pendam, akhirnya hari itu tumpah mengiringi pukulan-pukulan aku ke lengan dia. Kesal, emang!!! Banget malah!! Aku ngerasa badan aku mendingin, jantung aku berdebar-debar, nafas aku naik turun, dan semua penyebab itu aku rasa murni karna emosi, bukan rasa suka yang dulu aku rasain ke dia. Setelah puas ngelimpahin kemarahan aku ke dia, aku pergi. Jujur, masih gemetaran badan aku. Tapi begitu ngeliat teman-teman aku yang terheran-heran sama tindakan aku, aku malah ketawa. Seakan bisa aku baca pikiran mereka, aku tau mereka heran kenapa kok aku berani marah sama ferman, dan yang mungkin lebih mengejutkannya aku tetap berani berhadapan sama dia selama, hmm...kira-kira 3 menitlah.
Kejadian ini terjadi 10 menit sebelum pulang, dan didukung juga karna bahasa inggris nggak belajar jugak=)). Aku pulang dengan perasaan lega dan sepertinya tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Emang sih niat awalnya, besok yaitu kamis aku mau mintak maaf sama dia. Tapi setelah sekian lama, dan sampai hari ini-tepatnya sudah seminggu pulak, aku nggak jadi-jadi mintak maaf sama dia. Gak bernyali cuuuy. Tapi, alhamdulillah hubungan kami nggak separah dulu. Aku rasa, mungkin dia udah maafin aku kali ya? Atau...sebenarnya nggak perlu aku mintak maaf? Bukannya ini setimpal?=))) Ah aku nggak taulah. Pokoknya, setelah pertengkaran hebat itu, yang aku dengar tangan kanan dia ada tiga goresan kecil-kecil. Ah banding kok sama telapak tangan aku yang tergores. Setelah semua peristiwa itu, hari-hari sama dia aku sama dia terasa lebih ringan. Aku pun udah mulai bisa menganggap semua ejekan-ejekan itu sebagai candaan. Setelah pertengkaran itu, rasanya tenaga dalam aku benar-benar terkuras habis. Keberanian aku udah terbukti dan teruji. Muahahahaha, rasanya ringan gitu ngejalanin hari-hari sekarang. Waktu sabtu, 3 hari setelah pertengkaran itu, dia yaaa ada sih ngejekin aku lagi. Nyebelin emang paja satu tu. Pas pulak aku lagi ada didekat dia, dekaaat kali malah. Satu jengkal-__-. Karna dikomporin teman-teman aku, yaudah aku cubit aja dia. Terus waktu dia ngejek aku, pas dia lagi dibelakang pintu, aku tekan aja pintu tu ke dia, pikiran aku sih biar dia gepeng, tapi ya nggak mungkin. Dia malah balas ngedorong. Rasanya berat sih berat, tapi kan sama-sama ngerasa berat=))).
Itulah sepenggal peristiwa pahit-manis yang aku alamin sampai saat ini:"")
Pokoknya sekarang aku berharap bisa ngejalanin hari-hari aku seperti biasa. Normal kayak teman-teman aku yang lain. Tanpa beban, masalah, dan keresahan hati. Bismillahirahmanirrahim yaAllah tolong dengar dan kabulkanlah semua do'a-do'a dan harapan hambaMu ini serta berikanlah yang terbaik juga kehidupan yang normal, aman, dan bahagian amiin yaRabbal alamiino:)))
Wednesday, 11th April 2012. Its a best moment ever. I don't know why I can do it. But, my friends say, I not dreaming:"))
Awal kejadian, sebenarnya ini masalah sepele. Aku dan dia-ferman, bukan musuh tapi belum jadi teman. Dia tu emang cowok dengan mulut pedas dan nggak punya hati. Agak kesal sih kalau dengar dia ngomong dengan ceplas ceplos gitu. Gak punya perasaan kalau udah ngejek orang.
Flashback ntar, dulu aku emang pernah berantem sama dia, tapi dalam "perang dingin", bukan perang fisik dan besar-besaran . Aku nggak tau kenapa ini bisa terjadi gitu aja. Rabu kemaren aku emang merasa berapi-api gitu. Ntah kenapa, emosi aku waktu itu emang lagi berlebihan banget. Awalnya emang udah dapat tanda-tanda bakal nerkam orang. Jujur ini belum pernah aku rasain dan aku lakuin sebelumnya.
Awalnya, emosi aku emang udah kepancing gara-gara imam ngejekin nama aku. Dia nyorak-nyorakin nama aku yang salah diucapin sama pelatih dance aku sehari sebelumnya. Aku paling benci kalau nama aku diubah-ubah. Oke, its time I feel, and that's true!! Emosi aku sukses terpancing sama imam, aku nerkam dia, dan rasanya semua tenaga aku udah terkuras buat marah sama dia, suara aku udah habis karna marahin dia, dan rasanya badan aku udah rontok karna emosi sekaligus capek. Oke, aku nggak mau musuhan sama dia. Karna dia satu kelompok dance sama aku. Kira-kira 10 menit siap aku marahin dia, suasana udah agak mencair, emosi udah bisa dikontrol, dan akhirnya pun aku minta maaf sama dia. Nyesal sih enggak, malah ngerasa lega banget. Dia bilang sih dia takut ngeliat aku marah, tapi selama aku marahin dia tadi, yang aku liat dia malah ketawa-ketawa.
Oke lupain imam, itu cuman sepenggal awal kebahagiaan di rabu itu. Aku kira aku bakalan capek, tapi ternyata nggak. Waktu dance, walaupun aku nggak merasa capek, tapi seharusnya aku capek karna udah marah marah tadi, malahan aku yang geraknya paling semangat. Exactly, I don't know why. Aku terharu, rupanya tenaga aku masih ada sisanya.
Setelah seni budaya 2 jam, seharusnya sih fisika 2 jam. Tapi berhubung pak dedi lagi jaga kopsis, jadi...cuman disuruh meringkas, muahahahhaha=)))).
Awalnya, anak-anak cowok dikelas ni main yang kayak di iklan xl tu, minta-mintak maaf pakai bunga yang diatas meja guru ke cewek-cewek dikelas. Jevin dan yang lain-lain ngira aku ngarap apa ya. Padahal biasa aja tuh, malah aku ketawa ngeliatnya. Tapi tiba-tiba mereka (termasuk ferman) malah ngehadang aku bukan pakai bunga, tapi malah pakai perkakas-perkakas berisik. Kan gak luculah yaaaaa. Sekali aku sabar, tapi sumpah aku udah muak kali. Yang kedua, aku masih sabar, walaupun aku sempat marah sambil mukul meja sampai tangan aku tergores. Yang ketiga, kali ini sih mereka-mereka itu pada ngasi bunga, dan pas kali waktu tu ferman jaraknya dekat dari aku. Sebenarnya yang ngelakuin gak cuman ferman. Tapi aku ya paling kesal ya sama ferman. Pas pula waktu itu dibelakang aku lagi ada putri sama fadyah. Putri ngasi semangat buat aku ngelimpahin kekesalan aku dan jangan nangis. Emang sih waktu itu aku udah hampir nangis. Karna malu dan emosi. Putri tiba-tiba narek bunga yang dipegang ferman, jadi ferman ni agak terlambat pergi begitu aku udah hampir ngamuk. Oke, aku udah hampir gak bisa ngontrol diri lagi. Dan setibanya ferman ditempat duduk, aku langsung ke tempat dia dan mukulin dia sepuas hati aku. Dia nggak balas, cuman nangkis pukulan aku sama satu lengan dia. Ekspresinya bukan ekspresi takut, tapi malah ketawa, setaaaan-_____-. Aku yang udah emosi, tambah emosi ngeliat dia ketawa. Awalnya teman-teman aku semua pada nyorakin 'cieee cieee', tapi setelah mereka aku suruh diam, maka keadaan hening dengan sedikit bisikan disana-sini.
Aku terus mukulin dia, ngeluarin semua perasaan kesal aku ke dia selama ini, kesal karna dia sering ngejekin aku dan selalu bikin aku marah. Kemarahan yang selama ini aku pendam, pendam, pendam, akhirnya hari itu tumpah mengiringi pukulan-pukulan aku ke lengan dia. Kesal, emang!!! Banget malah!! Aku ngerasa badan aku mendingin, jantung aku berdebar-debar, nafas aku naik turun, dan semua penyebab itu aku rasa murni karna emosi, bukan rasa suka yang dulu aku rasain ke dia. Setelah puas ngelimpahin kemarahan aku ke dia, aku pergi. Jujur, masih gemetaran badan aku. Tapi begitu ngeliat teman-teman aku yang terheran-heran sama tindakan aku, aku malah ketawa. Seakan bisa aku baca pikiran mereka, aku tau mereka heran kenapa kok aku berani marah sama ferman, dan yang mungkin lebih mengejutkannya aku tetap berani berhadapan sama dia selama, hmm...kira-kira 3 menitlah.
Kejadian ini terjadi 10 menit sebelum pulang, dan didukung juga karna bahasa inggris nggak belajar jugak=)). Aku pulang dengan perasaan lega dan sepertinya tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Emang sih niat awalnya, besok yaitu kamis aku mau mintak maaf sama dia. Tapi setelah sekian lama, dan sampai hari ini-tepatnya sudah seminggu pulak, aku nggak jadi-jadi mintak maaf sama dia. Gak bernyali cuuuy. Tapi, alhamdulillah hubungan kami nggak separah dulu. Aku rasa, mungkin dia udah maafin aku kali ya? Atau...sebenarnya nggak perlu aku mintak maaf? Bukannya ini setimpal?=))) Ah aku nggak taulah. Pokoknya, setelah pertengkaran hebat itu, yang aku dengar tangan kanan dia ada tiga goresan kecil-kecil. Ah banding kok sama telapak tangan aku yang tergores. Setelah semua peristiwa itu, hari-hari sama dia aku sama dia terasa lebih ringan. Aku pun udah mulai bisa menganggap semua ejekan-ejekan itu sebagai candaan. Setelah pertengkaran itu, rasanya tenaga dalam aku benar-benar terkuras habis. Keberanian aku udah terbukti dan teruji. Muahahahaha, rasanya ringan gitu ngejalanin hari-hari sekarang. Waktu sabtu, 3 hari setelah pertengkaran itu, dia yaaa ada sih ngejekin aku lagi. Nyebelin emang paja satu tu. Pas pulak aku lagi ada didekat dia, dekaaat kali malah. Satu jengkal-__-. Karna dikomporin teman-teman aku, yaudah aku cubit aja dia. Terus waktu dia ngejek aku, pas dia lagi dibelakang pintu, aku tekan aja pintu tu ke dia, pikiran aku sih biar dia gepeng, tapi ya nggak mungkin. Dia malah balas ngedorong. Rasanya berat sih berat, tapi kan sama-sama ngerasa berat=))).
Itulah sepenggal peristiwa pahit-manis yang aku alamin sampai saat ini:"")
Pokoknya sekarang aku berharap bisa ngejalanin hari-hari aku seperti biasa. Normal kayak teman-teman aku yang lain. Tanpa beban, masalah, dan keresahan hati. Bismillahirahmanirrahim yaAllah tolong dengar dan kabulkanlah semua do'a-do'a dan harapan hambaMu ini serta berikanlah yang terbaik juga kehidupan yang normal, aman, dan bahagian amiin yaRabbal alamiino:)))
Langganan:
Komentar (Atom)